Jumat, 29 Juli 2011

The First Day, Awal dari Kehidupan Manusia


Oleh : Efrita Sari


Adrian, “Dari manakah fajar berawal?”
Keira, “Siapa sebenarnya ayah kita?

Adalah Keira, seorang Arkeolog muda berdarah Inggris – Prancis yang melakukan proyek penggalian di Lembah Omo, Etiopia. Malang baginya, di lokasi penggaliannya sebuah badai Shamal menghancurkan semua pekerjaan yang telah dilakukannya. Yang akhirnya mengantarkannya kembali ke Paris dan mengubur mimpi besarnya untuk menemukan manusia pertama.

Di belahan dunia yang lain, Adrian, seorang Astrofisikawan tengah melakukan riset astronomi dengan beberapa rekannya yang lain di sebuah Dataran Tinggi Atacama, Cile. Hal senada juga dialami oleh Adrian, karena kondisi kesehatan yang buruk dan kurangnya oksigen menyebabkan Adrian harus dipulangkan ke London. Ia pun harus mengubur obsesinya untuk mengetahui bintang hari pertama, dimana fajar berawal?

Kecelakaan yang menimpa keduanya mengantarkan mereka pada pertemuan yang tidak diduga. Pertemuan dalam sebuah presentasi proyek penelitian yang diadakan oleh Yayasan Walsh dengan hadiah 2 juta pound sterling. Dimana Keira dan Adrian adalah pesertanya. Dalam perlombaan itu mereka berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan hadiahnya yang akan mengantarkan mereka kembali pada mimpi mereka, dimana Keira ingin kembali ke Lembah Omo, Etiopia, sedangkan Adrian ke Atacama. Keberuntungan berada di pihak Keira. Keira memenangkan perlombaan itu, namun ia hanya akan mendapat setengah dari hadiah itu karena ada dua pemenang. Sedangkan Adrian kalah satu suara dari pesaingnya.

Pertemuan Keira dan Adrian mengingatkan mereka kembali pada kenangan masa lalu, dimana mereka dulunya adalah sepasang kekasih. Karena suatu hal mereka berpisah. Tapi takdir mempertemukan mereka kembali. Pertemuan ini adalah awal dari pertemuan-pertemuan mereka selanjutnya. Pertemuan yang akan menjadi awal dari petualangan mereka. Sebuah petualangan yang akan mengungkap misteri dari sebuah liontin yang dikenakan Keira di lehernya. Liontin yang dihadiahkan oleh seorang bocah bernama Harry yang menemukan liontin itu di sebuah pulau kecil di tengah Danau Turkana.

Karena liontin itu jugalah, seorang profesor bernama Ivory berusaha meneliti asal muasal dari liontin tersebut. Liontin yang serupa dengan liontin yang pernah di temukan sebelumnya. Liontin yang tak terpengaruh terhadap apapun yang dilakukan terhadapnya. Sebuah liontin yang diperkirakan berumur 400 tahun!!!
Hal magis yang ada pada liontin itu benar-benar membuat Keira dan Adrian terbelalak. Jutaan titik kecil bercahaya seperti bintang-bintang muncul ketika sebuah sumber cahaya dengan kekuatan besar mengenai liontin itu. Sebuah peta langit yang memancarkan pemandangan langit malam yang hanya bisa dilihat dari bumi 400 juta tahun yang lalu.

Keanehan pada liontin itu dan hipotesis Ivory yang menyatakan bahwa ada potongan lain dari liontin itu membuat sebuah perkumpulan bawah tanah berusaha untuk mencuri liontin itu dan menghentikan usaha Keira memecahkan misteri dari liontin itu. Berbagai kejadian yang telah terjadi yang hampir merenggut nyawa mereka malah membuat Keira dan Adrian semakin betekad untuk memecahkan misteri dari liontin itu.

Berpacu dengan waktu, Keira dan Adrian menjelajahi tempat-tempat terpencil untuk memecahkan misteri ini. Menyeberangi Danau Turkana, Etiopia, mendaki pegunungan terjal Hua Shan di China, dan berlayar menuju pulau tak berpenghuni, Pulau Narcondam di Myanmar.

Sebuah potongan ketiga berhasil mereka temukan disana. Pemandangan yang luar biasa terjadi ketika dua potongan itu disatukan. Namun, dibalik keberhasilan mereka nasib buruk tengah menanti mereka. Akankah mereka berhasil mengungkap misteri dibalik potongan-potongan itu? Apa yang akan terjadi jika potongan-potongan itu berhasil disatukan? Sayangnya saya sendiri belum bisa menjawabnya. Karena cerita ini akan berlanjut dalam buku yang berjudul “THE FIRST NIGHT” yang merupakan sekuel dari buku The First Day.

Buku luar biasa ini berisikan 488 halaman. Merupakan terjemahan dari Le Premier Jour sebuah buku karya dari Marc Levy, penulis terlaris Eropa. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam 17 bahasa. Bahasa Indonesia adalah salah satunya. Diterjemahkan oleh Sylvia Christyanti dan diterbitkan oleh Penerbit Bentang.

Sekilas tentang penulis :

Marc Levy, lahir di Bulogne-Billancourt, Hauts-de-Seine, pada 16 Oktober 1961. Karier kepenulisannya bermula pada 1998 dengan karya If Only it Were True, yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan sutradara Steven Spielberg. Karya-karya luar biasa lainnya segera menyusul, yaitu Will You Be There, Seven Days For an Eternity, In Another Life, Finding You, Ou es-tu?, London, Mon Amour, Children of Freedom, All Those Things We Never Said, The First Day, The First Night (sekuel The First Day), dan The Shadow Thief. Karya-karyanya telah terjemahkan hingga 41 bahasa dan telah dicetak hingga 20 juta eksemplar. Le figaro menobatkannya sebagai penulis nomor satu Prancis dalam sepuluh tahun berturut-turut.

Beberapa komentar tentang buku ini :

Paris Match, “Cinta,persahabatan, dan misteri semesta berpadu dalam sebuah kisah yang indah.”
20 Minutes, “Penuh petualangan, sangat mengejutkan…”
24 Heures, “Sebuah kisah cinta dengan balutan petualangan yang seru.”
Le Parislen, “Bacaan yang luar biasa.”


Beberapa kalimat dalam buku ini yang menarik untuk disimak :

Andre Brahic , “Kita semua adalah serpihan bintang-bintang”

“Kerendahan hati seorang ilmuwan adalah menerima kenyataan bahwa tak ada hal yang mustahil.”

“Kehilangan orang yang kita cintai adalah menyakitkan, tetapi yang lebih menyakitkan adalah tidak pernah berjumpa dengannya”



THE END
Solok, 27 Juli 2011
16:55 WIB

Review: The Footprints of God

Ketika Kehidupan Manusia Dipertaruhkan Oleh Sebuah Mesin
By : Efrita Sari


……… .“Seberapa dekat Trinity menjadi kenyataan?”
……… . “Saat ini ada sebuah prototipe di laboratorium kami dengan seratus dua belas triliun koneksi dan memori yang hampir tak terbatas.”
“Apakah itu berfungsi?”
“Tidak.”
“Mengapa tidak?”
“Karena meskipun kamu berhasil memasukkan sebuah neuromodel ke dalam komputer, bagaimana cara bicaranya dengannya? Otak manusia berinteraksi dengan dunia melalui tubuh biologis dengan lima indra. Bayangkan otakmu dimasukkan ke sebuah kotak. Otak itu tuli, bisu, buta, dan lumpuh. Ketakutan yang sangat hebat. Dan untunglah Tuhan menciptakannya demikian. Karena sekali mesin seperti itu bisa bicara¬¬¬—dan mendengar dan bergerak—tidak terbayangkan apa yang akan dilakukannya.”

Itulah beberapa kutipan dialog dari sebuah buku berjudul “The Footprints of God” karya Greg Iles. Buku dengan 574 halaman ini sungguh sangat memukau.
Kisah dalam buku ini diawali dengan kematian Dr. Andrew Fielding, Pemenang Nobel bidang fisika kuantum — kolega dari Dr. David Tennant di sebuah laboratorium tempat penggarapan proyek Trinity. Trinity adalah sebuah superkomputer yang memiliki kemampuan intelegensi buatan—superkomputer yang dapat melampaui kekuatan pikiran manusia. Trinity sendiri dibuat dengan memasukkan sebuah neuromodel ke dalam sebuah komputer. Sebuah neuromodel adalah seseorang yang diambil sistem sarafnya. Trinity dirancang oleh enam ilmuwan terkemuka Amerika, Andrew Fielding dan Dr. David Tennant adalah beberapa diantaranya.

Kematian Dr. Andrew Fielding membuat kecurigaan di hati Dr. Tennant. Agen pemerintah mengatakan bahwa kematian Andrew Fielding disebabkan oleh stroke. Namun Tennant— seorang profesor etika di University of Virginia Medical School, curiga kalau temannya itu sengaja di bunuh. Karena beberapa minggu terakhir, Fielding telah memeriksa laboratorium Trinity, data-data komputer dan semua dokumen. Tennant curiga Fielding menemukan sesuatu. Dengan alasan itu jugalah Fielding dibunuh.

Kecurigaan Tennant semakin kuat ketika ia mendapat kiriman surat dari temannya yang telah tewas itu. Sebuah surat yang dikirim melalui jasa pengiriman itu menjadi awal dari semua petualangan Tennant. Dengan bantuan Lu Li — istri dari Fielding dan juga Dr. Rachel Weiss, psikiater yang menyelidiki mimpi-mimpi buruknya sejak ia bergabung dalam proyek Trinity, Tennant mengungkap tentang kematian Fielding dan juga fakta dibalik Trinity.

Untuk mewujudkan itu, sebuah perjuangan yang luar biasa dilakukan Tennant. Ia dan Dr. Rachel Weiss terpaksa harus melarikan diri ke berbagai belahan dunia untuk menyelamatkan nyawa mereka. Dalam pelarian itu, kesalahpahaman pun tak terelakkan. Tennant mencurigai kalau Rachel telah mengkhianatinya dengan membocorkan tempat persembunyian mereka kepada musuh.

Dengan berbagai upaya mereka menemukan fakta di balik proyek Trinity serta kekuatan dahsyat yang dimilikinya. Namun, Trinity telah diluncurkan, dan umat manusia kini menjadi sandera sebentuk kehidupan yang tak dapat dimusnahkan. Satu-satunya harapan untuk selamat ada pada hubungan yang mengejutkan antara Trinity dan pikiran David yang tersiksa. Masa depan umat manusia dipertaruhkan— dan sebuah kesalahan bisa berakibat pada kepunahan.

Buku yang diterjemahkan dari judul aslinya “The Footprints of God” diterbitkan pertama kali pada tahun 2003 oleh Pocket Star Books. Buku ini menjadi bestseller menurut versi The New York Times.

Beberapa komentar tentang buku ini:

Dan Brown — pengarang The Davinci Code : “Sebuah cerita yang benar-benar menghanyutkan….”

Kirkus Reviews : ” Sebuah awal yang luar biasa dan memukau….”

Sekilas tentang Greg Iles :

Greg Iles lahir di Stuttgart, Jerman, tapi menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Missisippi. Lulusan University of Missisippi, Greg adalah seorang gitaris dan vokalis untuk grup band Frankly Scarlet sebelum menerbitkan novel pertamanya, Spandau Phoenix, pada 1993. Tujuh dari delapan novelnya menjadi buku-buku paling laris versi New York Times. Ia tinggal bersama istri dan dua anaknya di Natchez, Missisippi, tempat ia menulis beberapa novelnya.



Kita harus berhati-hati untuk tidak menyamai intelektual Tuhan kita
Albert Einstein

Segala sesuatu kembali kepada sang Satu. Ke mana sang Satu kembali?
Teka-teki Zen



THE END

Solok, 23 Juli 2011

Jumat, 08 Juli 2011

Expressikan FB-mu dengan fbskins.com

Bosan dengan tampilan fb-mu yang hanya berwarna putih? Mau ganti tapi nggak bisa? Tenang aja guys....!!! fbskins.com hadir untuk memenuhi keinginanmu. Expressikan Fb mu hanya dengan beberapa langkah....
1. Login Fb mu.
2. Buka http://www.fbskins.com di tab baru
3. Pilih layouts yang kamu inginkan pada category yang tersedia atau langsung search dengan keyword yang kamu inginkan.
4. Klik "Preview" unuk melihat hasilnya.
5. Setelah dapat layout yang sesuai dengan yang kamu inginkan, klik "save" atau klik pada bagian bawah layout "Make This My Facebook Skins".
6. Kemudian akan muncul pesan bahwa instalasi skins mu berhasil, go to facebook unuk melihat hasilnya....
selesai.......
mudah bukan????

Saya sarankan pilih lah layout yang mana ketika kamu membuka nya gambarnya langsung kelihatan, karena yang telah saya coba yang gambarnya nggak keliatan ketika di klik previewnya perubahannya hanya warnanya saja tanpa background!!!
NB : Tapi cuma kamu yang bisa melihat layout FB mu selama temanmu belum menggunakannya, makanya promosikan pada teman-temanmu agar semua teman bisa melihat layout FB-mu......
Ayo guys, ganti layout mu dengan fbskins.com......!!!!